by Juris P. Bramantyo @juris_the_great
‘Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negara ini.’ – John Fitzgerald Kennedy
Kata-kata Sang Presiden itu terbaca jelas dalam sebuah majalah, sejelas bekas luka panjang dan menjijikkan di pipi kananku ini. Luka ini sudah menemaiku selama 12 tahun. Mengikutiku kemana pun aku ada, membuat orang-orang terus berpaling dan bergidik saat melihatnya.
Anganku pun kembali ke masa itu. Tahun 1998, saat negara ini masih bergolak, sibuk dengan berbagai kerusuhan tanpa henti yang tak kunjung berakhir. Hilir mudik di halaman depan media masa dan tiap tayangan stasiun televisi. Jauh dari damai.
Masih jelas terpatri dalam gendang telingaku, jeritan ayah dan tangisan pilu ibu. Toko kami dibakar masa, yang mengatasnamakan penghuni sejati republik ini. Barang-barang dagangan mereka jarah, semua pecah, dan kami pun akhirnya terpisah.
Ayah ku terbunuh saat berusaha mempertahankan harta kami, penghidupan keluarga kami. Toko elektronik kecil kami yang dirintis ayah diserbu gerombolan pribumi. Mereka meneriakkan umpatan dan cacian serta ancaman. Ibu ku hanya terisak tanpa henti sambil gemetar hebat. Dan aku, pipiku tersayat pisau salah satu dari mereka.
“Bunuh cina! Rampas hartanya. Semua nya milik pribumi! Serbu!”
Sejak saat itu, kamimengungsi ke rumah sanak saudara di luar kota, meninggalkan semua harta kami, dan juga kehidupan lama kami. Ibu jadi makin rapuh di usianya yg menua. Tak lama kemudian aku pun sendiri. Ibu menusul ayah di hari Minggu yang dingin karena hujan yang tak kunjung berhenti.
Ah, semua ini hanya kulitku yang lebih putih. Karena nama ku yang bukan Sri atau Putri, tapi Chin. Karena mataku yang tak selebar mereka semua. Mungkin sudah salah ku tinggal di negara untuk para kulit coklat bermata belo ini.
Kini saat ku lihat tulisan di majalah ini, aku hanya bisa mengingat kisah pilu ku sambil bertanya.
“Apa yang sudah diberikan negara ini pada ku, pada keluargaku?”
Jawaban nya tak lain adalah kenangan pilu yang tak kunjung luruh dari hatiku. Semua nya karena aku seorang cina.